LAPORAN
PRAKTIKUM GELOMBANG OPTIK
LKM-07 “PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL”
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 6
1.
YASINTA KUSWINARTO
(13030654058)
2.
DEVIANA EKA RATNA S
(13030654066)
3.
WIWIK JUMIATI (13030654076)
4.
PUTRI IRAWATI (13030654080)
PENDIDIKAN IPA B 2013
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel
Abstrak
Kami telah melakukan percobaan dengan judul Pembiasan Pada Kaca Plan
Paralel pada hari Kamis tanggal 23 Oktober 2015 di Laboratorium IPA Unesa yang bertujuan untuk menentukan indeks bias pada kaca plan pararel dan
menentukan pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel. Metode yang digunakan adalah menggambar kaca plan paralel pada kertas,
membuat garis normal, menentukan sudut datang (i), menggambar garis sudut
datang, menandai dengan menggunakan jarum pentul, melihat jarum pentul dari sisi lain kaca plan paralel, menandai dengan jarum
pentul dan menggambarnya, menggambar garis bias, mengukur sudut bias yang terbentuk, mengukur pergeseran sinar (t) yang
terbentuk serta mengulangi percobaan dengan sudut datang yang
berbeda. Hasil percobaan yang kami lakukan diperoleh nilai indeks bias sebesar 1,49
± 0,03 dengan ketidakpastian 0,32% dan taraf ketelitian 99,68%. Sedangkan secara teoritis
nilai indeks bias kaca plan paralel adalah I,51. Selanjutnya, diperoleh nilai
pergeseran melalui pengukuran sebesar 0,9 cm ; 1,2 cm ; 1,4 cm ; 1,7 cm dan 2,0
cm. Sedangkan nilai pergeseran melalui perhitungan sebesar 0,88 cm ; 1,20 cm ;
1,37 cm ; 1,71 dan 1,98 cm.
Ketidaksesuaian ini dikarenakan kurang terampilnya pengamat
menggunakan alat percobaan, kurang
telitinya praktikan dalam mengukur jarak pergeseran serta kurang cermat ketika
mengamati proses pembiasan (mengamati jarum pentul dari sisi kaca yang lain). Berdasarkan hasil percobaan yang kami
peroleh, dapat disimpulkan bahwa perbandingan
sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah konstan. Selain itu, semakin besar nilai sudut datang
maka semakin besar nilai
pergeseran sinar
cahaya yang terjadi.
Kata kunci : Kaca Plan Paralel, Sudut Datang, Sudut
Bias, Indeks bias, Pergeseran Sinar.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Cahaya
merambat bidang batas dua medium, maka rambatan cahaya tersebut akan mengalami
pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Banyak kegiatan sehari-hari
yang dapat menjelaskan peristiwa pembiasan tersebut. Contoh pembiasan di
lingkungan sekitar kita yaitu pensil yang dicelupkan kedalam gelas kemudian
pensil tersebut terlihat bengkok, sebenarnya pensil tersebut tidak bengkok. Hal
inilah yang disebut pembiasan. Pada contoh tersebut belum kita ketahui
bagaimana pembiasan itu terjadi dan apa yang menyebabkannya. Untuk mengetahui
pembiasan yang terjadi pada kaca plan paralel dan juga pergeseran sinar pada
kaca plan paralel maka kami akan melakukan percobaan pembiasan pada kaca plan
paralel. Kaca plan parallel itu sendiri
merupakan medium masuknya cahaya. Prinsip kerjanya sama seperti pensil yang
dicelupkan didalam air, namun mediumnya saja yang berbeda.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dapt diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
besarnya indeks bias kaca plan paralel?
2. Bagaimana
besarnya pergeseran sinar cahaya pada kaca plan paralel?
C.
Hipotesis
Perbandingan dari sinus sudut datang dengan
sinus sudut bias adalah konstan.
D.
Tujuan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menentukan
besarnya indeks bias kaca plan paralel.
2. Menentukan
besarnya pergeseran sinar cahaya pada kaca plan paralel.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Kaca
plan paralel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus dengan enam
sisi yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng tipis seperti batu bata atau
korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu yang sering dilambangkan d. Peristiwa yang terjadi ketika seberkas
sinar melewati sebuah kaca plan paralel adalah sinar tersebut akan mengalami
pergesaran. Cahaya atau berkas sinar akan mengalami dua kali pembiasan oleh dua
medium yang berbeda kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam
kaca akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya.
Hal ini disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang
berbeda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya
melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati
garis normal ketika sinar datang dari medium kurang rapat atau udara ke medium
lebih rapat atau kaca. Sinar bias akan menjauhi garis normal ketika cahaya
merambat dari medium lebih rapat atau kaca ke medium kurang rapat atau udara.
Gambar
1. Pembaisan Cahaya Pada Kaca Plan
Paralel
Terjadinya
pembiasan tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli maematika dan
perbintangan Belanda pada tahun 1621 bernama Willebrord Snell bahwa hasil
percobaannya dirumuskan dan dikenal dengan Hukum Snellius.
Gambar 2. Pembiasan Cahaya Pada Kaca Plan Paralel
Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk
dengan berkas cahaya yang keluar dari kaca plan paralel adalah sejajar. Menurut
hukum Snellius, “dalam peristiwa pembiasan cahaya, perbandingan sinus sudut
datang dan sinus sudut bias adalah konstan”
Keterangan :
n = indeks bias
i
= sudut datang
r
= sudut bias
Berkas cahaya hanya mengalami pergeseran
sebesar t (besaran panjang). Jika berkas datang dengan sudut i maka pergeserannya
dapat dihitung sebagai berikut :
Keterangan
:
t = pegeseran sinar
d
= tebal kaca
Hukum
Snellius menyatakan bahwa :
1. Sinar
datang, sibar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Jika
sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat,
sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Jika sinar datang dari medium yang
lebih rapat menuju medium yang kurang rapat, sinar akan dibiaskan menjauhi
garis normal.
B.
Indeks
Bias
Berkas
cahaya yang melewati dua medium yang berbeda menyebabkan cahaya berbelok. Di
dalam medium yang lebih rapat, kecepatan cahaya lebih kecil dibandingkan pada
medium yang kurang rapat. Oleh sebab itu cahaya membelok. Perbandingan laju
cahaya dari dua medium tersebut disebut indeks bias dan diberi simbol n. Jika cahaya merambat dari udara atau
hampa ke suatu medium indeks biasnya disebut indeks bias mutlak. Secara
matematis dituliskan :
Keterangan :
n = indeks bias
c
= laju cahaya (m/s)
v
= laju cahaya dalam medium (m/s)
Indeks bias mutlak dan beberapa medium
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Indeks Bias Dari
Beberapa Medium
No.
|
Medium
|
Indeks
|
1.
|
Vakum
|
1,0000
|
2.
|
Udara
|
1,0003
|
3.
|
Air (20°)
|
1,33
|
4.
|
Kuarsa
|
1,46
|
5.
|
Kerona
|
1,52
|
6.
|
Flita
|
1,58
|
7.
|
Kaca Plan Paralel
|
1,51
|
8.
|
Intan
|
2,42
|
Jika salah satu medium tersebut bukan
udara, perbandingan laju cahaya tersebut merupakan nilai relatif atau indeks
bias relatif. Misalnya, berkas cahaya merambat dari medium 1 denga kelajuan v1
masuk pada medium 2 dengan kelajuan v2, indeks bias relatif medium 2
terhadap medium 1 adalah :
Maka,
Keterngan
:
n21 = indeks relative medium 2 terhadap medium 1
v1 = laju medium 1 (m/s)
v2 = laju medium 2 (m/s)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian pada kali ini yang kami lakukan yaitu percobaan.
B.
Waktu
dan Tempat
Penelitian
Percobaan
ini dilakukan di laboratorium IPA kampus Unesa Ketintang pada hari Kamis 22
Oktober 2015 pukul 09.40 WIB
C.
Alat
dan Bahan
Alat :
1. Kaca
plan paralel 1 buah
2. Jarum
pentul 5 buah
3. Penggaris 1 buah
4. Busur
drajat 1 buah
5. Sterofoam 1 buah
Bahan
:
1. Kertas
putih 7 lembar
D.
Variabel
dan Definisi Operasional
1.
Variabel manipulasi :
sudut datang (i)
Definsi
Operasional :
Sudut
datang adalah sudut yang dibentuk antara sinar datang yang menyentuh sisi kaca planparalel
dengan garis normal. Sudut datang dimanipulasi sebesar 25°, 30°,35°, 40°, dan 45°.
2.
Variabel kontrol :
jenis kaca, tebal kaca, busur derajat
Definsi Operasional :
Jenis
kaca yang digunakan dalam percobaan adalah sama yaitu kaca
plan paralel yang memiliki ketebalan yang sama pula. Busur
derajat yang digunakan untuk mengukur
sudut-sudut selama percobaan adalah sama.
3.
Variabel respon : sudut
bias (r) dan pergeseran (t)
Definsi Operasional :
a. Sudut
bias adalah sudut yang dibentuk antara sinar yang keluar (garis pada kaca)
dengan garis normal, dimana
nanti akan di ukur dengan busur derajat.
b. Pergeseran
(t) adalah jarak
antara sinar datang dengan sinar yang meninggalkan
sisi kaca plan paralel.
E.
Rancangan
Percobaan
Gambar 3. Rancangan
Percobaan
F.
Alur
Percobaan
G. Langkah kerja
1.
Meletakkan kaca plan
paralel diatas kertas buram dan menggambarnya.
2.
Membuat garis vertikal
yang tegak lurus dengan kaca plan paralel sebagai
garis normal.
3. Membuat
sinar datang dan menentukan sudutnya yakni sebesar 25°.
4.
Menancapkan jarum pada
garis sinar datang.
5.
Mengamati posisi jarum
dari sisi lain kaca plan paralel.
6.
Menancapkan jarum pada
titik tertentu sehingga kedudukan jarum berhimpit dengan jarum yang berbeda
pada garis sudut datang.
7.
Membuat garis pada
titik jarum yang berimpit , garis tersebut merupakan garis yang meninggalkan
kaca plan paralel.
8.
Membuat garis dari
titik sudut datang pada batas sisi kaca planparalel sampai titik sinar yang
meninggalkan kaca plan paralel pada batas sisi kaca planparalel. Garis ini
adalah garis sinar bias.
9.
Mengukur sudut bias
dengan busur drajat.
10. Mengukur
besarnya pergeseran dengan
penggaris.
11. Mengulangi
percobaan sebanyak 5 kali dengan sudut datang yang berbeda (30°,35°, 40°, dan 45°).
12. Menghitung
nilai indeks bias dan pergeseran secara teoritis.
13. Membuat
grafik hubungan sinus i dengan r.
BAB
IV
DATA
DAN ANALISIS
A. Data
Tabel
2. Hasil Percobaan Pembiasan pada Kaca Plan Paralel
Perc. ke-
|
( i ± 1
)°
|
( r ± 1
)°
|
( t ± 0,1 ) cm
|
n
(perhitungan)
|
t (perhitungan)
|
1
|
25
|
17
|
0,9
|
1,45
|
0,88
|
2
|
30
|
19
|
1,2
|
1,52
|
1,20
|
3
|
35
|
23
|
1,4
|
1,46
|
1,37
|
4
|
40
|
25
|
1,7
|
1,52
|
1,71
|
5
|
45
|
28
|
2,0
|
1,51
|
1,98
|
Keterangan
: d = 6 cm
B. Analisis
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan
berjudul “Pembiasan pada Kaca Plan Paralel” diperoleh hasil sebagai berikut :
Pada percobaan pertama, diukur sudut datang sebesar
25° sehingga diperoleh sudut bias sebesar 17° dan pergeseran sebesar 0,9 cm.
Berdasarkan persamaan sin i / sin r, diketahui indeks bias sebesar 1,45.
Berdasarkan persamaan d.sin (i-r) / cos r, diketahui besar pergeseran yaitu
0,88 cm.
Pada percobaan kedua, diukur sudut datang sebesar
30° sehingga diperoleh sudut bias sebesar 19° dan pergeseran sebesar 1,2 cm.
Berdasarkan persamaan sin i / sin r, diketahui indeks bias sebesar 1,52.
Berdasarkan persamaan d.sin (i-r) / cos r, diketahui besar pergeseran yaitu
1,20 cm.
Pada percobaan ketiga, diukur sudut datang sebesar
35° sehingga diperoleh sudut bias sebesar 23° dan pergeseran sebesar 1,4 cm.
Berdasarkan persamaan sin i / sin r, diketahui indeks bias sebesar 1,46. Berdasarkan
persamaan d.sin (i-r) / cos r, diketahui besar pergeseran yaitu 1,37 cm.
Pada percobaan keempat, diukur sudut datang sebesar
40° sehingga diperoleh sudut bias sebesar 25° dan pergeseran sebesar 1,7 cm.
Berdasarkan persamaan sin i / sin r, diketahui indeks bias sebesar 1,52.
Berdasarkan persamaan d.sin (i-r) / cos r, diketahui besar pergeseran yaitu
1,71 cm.
Pada percobaan kelima, diukur sudut datang sebesar
45° sehingga diperoleh sudut bias sebesar 28° dan pergeseran sebesar 2,0 cm.
Berdasarkan persamaan sin i / sin r, diketahui indeks bias sebesar 1,51.
Berdasarkan persamaan d.sin (i-r) / cos r, diketahui besar pergeseran yaitu
1,98 cm.
Berdasarkan data yang sudah diperoleh dapat dibuat
suatu grafik hubungan sin i dan sin r sebagai berikut :
Grafik di atas menunjukkan bahwa semakin besar nilai
sin i maka semakin semakin besar nilai sin r nya.
Selanjutnya, untuk nilai indeks bias pada percobaan
yang telah kami lakukan, dapat dihitung standart deviasi sebesar 0,03 sehingga
nilai indeks biasnya menjadi 1,49 ± 0,03
dengan ketidakpastian 0,32% dan taraf ketelitian 99,68%.
C. Pembahasan
Percobaan yang telah kami lakukan yaitu tentang
pembiasan pada kaca plan paralel. Pembiasan cahaya merupakan peristiwa
pembelokan atau penyimpangan cahaya karena melewati dua medium yang berbeda
kerapatannya. Hal ini dapat dibuktikan pada percobaan yang kami lakukan dimana
arah sinar datang tidak sama dengan arah sinar bias, tetapi ada pembelokan.
Pada pembiasan cahaya, ada dua macam pembiasan yaitu
mendekati garis normal dan menjauhi garis normal. Dikatakan mendekati garis
normal, jika cahaya merambat dari medium optik yang kurang rapat ke medium
optik yang lebih rapat. Dikatakan menjauhi garis normal, jika cahaya merambat
dari medium optik lebih rapat ke medium optik yang kurang rapat. Pembiasan pada
kaca plan paralel merupakan jenis pembiasan cahaya yang mendekati garis normal.
Alasannya karena cahaya merambat dari udara (medium optik yang kurang rapat) ke
kaca (medium optik yang lebih rapat).
Pada percobaan ini kami juga menentukan besarnya
indeks bias dan pergeseran yang terjadi. Hasilnya sebagai berikut :
1.
Penentuan
Nilai Indeks Bias
Berkas cahaya yang melewati dua medium yang berbeda
kerapatnnya menyebabkan cahaya berbelok. Di dalam medium yang lebih rapat,
kecepatan cahaya lebih kecil dibandingkan pada medium yang kurang rapat.
Akibatnya cahaya membelok. Perbandingan laju cahaya dari dua medium tersebut
dinamakan indeks bias (n). Jika cahaya merambat dari udara ke suatu medium maka
indeks biasnya disebut indeks bias mutlak. Indeks bias mutlak pada kaca plan
paralel adalah 1,51 seperti yang tertera pada Tabel 1.
Dalam menentukan indeks bias dalam percobaan ini,
kami menentukan terlebih dahulu sudut datang (i) dan sudut bias (r). Ada lima
data yang kami dapatkan seperti yang tertera pada Tabel 2. Selanjutnya, dengan
memasukkan data ke dalam persamaan n = sin i / sin r maka didapatkan nilai
indeks bias pada percobaan pertama hingga kelima secara berturut-turut sebesar
1,45 ; 1,52 ; 1,46 ; 1,52 dan 1,51. Dengan menentukan rata rata dan standart
deviasinya maka besarnya indeks bias dalam percobaan yakni 1,49 ± 0,03 dengan ketidakpastian 0,32 % dan
taraf ketelitian 99,68 %. Hasil ini membuktikan adanya ketidaksesuaian dengan
nilai indeks bias secara teoritis, terdapat sedikit selisih sebesar 0,02. Akan
tetapi jika dilakukan pembulatan dengan aturan pembulatan satu angka dibelakang
koma maka rata-rata indeks bias pada percobaan dengan indeks bias secara teori
adalah sama yaitu 1,5.
Selanjutnya, berdasarkan hipotesis kami yaitu
perbandingan dari sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah konstan. Hal
ini bisa diartikan nilai indeks bias pada percobaan selalu konstan. Akan
tetapi, hasil percobaan menunjukkan nilai indeks biasnya tidak konstan,
terdapat sedikit selisih pada percobaan pertama sampai kelima.
Hal ini bisa disebabkan kurang telitinya praktikan
dalam mengukur sudut datang dan sudut bias menggunakan busur derajat. Selain
itu kurang cermatnya praktikan ketika mengamati proses pembiasan (mengamati
jarum pentul dari sisi kaca yang lain). Karena dalam hal ini praktikan harus
benar-benar cermat agar keempat jarum pentul benar-benar berimpit.
2.
Penentuan
Pergeseran (t)
Pada proses pembiasan, berkas cahaya yang masuk
dengan berkas cahaya yang keluar dari kaca plan paralel adalah sejajar. Berkas
cahaya tersebut mengalami pergeseran (t). Dalam percobaan ini, pergerseran
dapat dihitung dengan cara membuat garis putus-putus yang merupakan
perpanjangan sinar yang keluar dari kaca plan paralel. Selanjutnya mengukur
jarak antara perpanjangan sinar yang keluar dari kaca plan paralel dengan sinar
datang menggunakan penggaris. Berdasarkan hal ini maka diperoleh pergeseran
melalui pengukuran pada percobaan pertama sampai kelima secara berturut-turut
sebesar 0,9 cm ; 1,2 cm; 1,4 cm ; 1,7 cm dan 2,0 cm. Dari hasil tersebut bisa
diketahui bahwa semakin besar sudut datang maka semakin besar pula pergeseran
yang terjadi. Akan tetapi rentang pada tiap percobaan tidak sama, ada yang
memiliki rentang 3 cm dan ada pula yang memiliki rentang 2 cm.
Selain menentukan pergeseran (t) melalui pengukuran,
besarnya pergeseran dapat ditentukan melalui perhitungan. Berdasarkan
perhitungan, pergerseran (t) bisa dihitung dengan persamaan t = d.sin (i-r) /
cos r. Sehingga diperoleh pergeseran melalui perhitungan pada percobaan pertama
sampai kelima secara berturut-turut sebesar 0,88 cm ; 1,20 cm ; 1,37 cm ; 1,71
cm dan 1,98 cm. Apabila kita bandingkan hasilnya dengan penggukuran maka dapat
dilihat pada Tabel 3. di bawah ini :
Tabel 3. Nilai Pergeseran Berdasarkan Perngukuran
dan
Percobaan ke -
|
Pergeseran (t)
melalui
pengukuran
|
Pergeseran (t)
melalui
perhitungan
|
1
|
0,9
|
0,88
|
2
|
1,2
|
1,20
|
3
|
1,4
|
1,37
|
4
|
1,7
|
1,71
|
5
|
2,0
|
1,98
|
Berdasarkan Tabel 3 diketahui terdapat perbedaan
nilai pergeseran antara pengukuran dan pergeseran. Akan tetapi jika hasil
pengukuran dibulatkan sampai satu angka di belakang koma maka hasilnya akan
sama dengan hasil perhitungan. Perbedaan hasil tersebut bisa disebabkan kurang
telitinya praktikan dalam mengukur jarak pergeseran serta kurang cermat ketika
mengamati proses pembiasan (mengamati jarum pentul dari sisi kaca yang lain).
Karena dalam hal ini praktikan harus benar-benar cermat agar keempat jarum
pentul benar-benar berimpit.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, dapat kita disimpulkan bahwa untuk
menghitung besar nilai indeks bias kaca plan paralel, perlu diketahui terlebih
dahulu nilai sudut datang dan silai sudut biasnya. Besarnya nilai indeks yang diperoleh
dari hasil percobaan sesuai dengan nilai indeks kaca plan paralel pada umumnya,
yaitu 1,5.
Berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang
keluar dari kaca plan paralel adalah sejajar. Berkas cahaya tersebut mengalami
pergeseran (t). Dalam percobaan ini, pergerseran dapat dihitung dengan cara
membuat garis putus-putus yang merupakan perpanjangan sinar yang keluar dari
kaca plan paralel. Selanjutnya mengukur jarak antara perpanjangan sinar yang
keluar dari kaca plan paralel dengan sinar datang menggunakan penggaris.
Terdapat perbedaan nilai t yang diperoleh dengan cara pengukuran dan
perhitungan. Namun, selisih/ perbedaan tersebut tidak menunjukkan selisih yang
bernilai besar.
Besar
kecilnya nilai sudut datang, akan berpengaruh pada besar kecilnya pergeseran kaca
plan paralel yang diperoleh. Maka hasil tersebut bisa diketahui bahwa
semakin besar sudut datang maka semakin besar pula pergeseran yang terjadi.
B.
Saran
Adanya
nilai ketidakpastian tersebut, tentunya dikarenakan oleh bebrapa kesalahan yang
dilakukan oleh pengamat. Oleh karena itu untuk mengurangi kesalahan tersebut,
sebaiknya pengamat/ praktikan lebih seksama dan menggunakan dua mata terbuka
ketika melihat sudut bias yang terbentuk,
dan pada perbedaan
hasil tersebut bisa disebabkan juga kurang
telitinya praktikan dalam mengukur jarak pergeseran serta kurang cermat ketika
mengamati proses pembiasan (mengamati jarum pentul dari sisi kaca yang lain).
Karena dalam hal ini praktikan harus benar-benar cermat agar keempat jarum
pentul benar-benar berimpit serta juga lebih terampil dalam
menggunakan busur atau membaca skala busur.
Daftar
Pustaka
Mubarok,
Muhammad. 2014. Laporan Praktikum Fisika
Pembiasan Pada Kaca Prisma Dan Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel. (online), (https;//www.acamedia.edu/10009381/Laporan-Praktikum-Fisika-Pembiasan-Pada-Kaca-Prisma-Dan-Pembiasan-Pada-Kaca-Plan-Paralel,
diakses 19 Oktober 2015).
Safitri,
Nuriska Ela,dkk. 2015. Laporan Praktikum
Gelombang Optik LKM 07 Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel. (online), (http://www.slideshare.net/abaddabiduudiiyaah/laporan-lkmgo07,
diakses 24 Oktober 2015).
Izin copas ka
BalasHapusIzin copas ya.
BalasHapusKak cara nyarik delta t sama delta n nya gmna?
BalasHapusizin copas
BalasHapusIzin copas,kak.Buat laporan fisika..
BalasHapusizin copas kak
BalasHapusizin copas ka
BalasHapusizin copas kaaaa
BalasHapus