LAPORAN
PRAKTIKUM
MATA KULIAH
LARUTAN
“KENAIKAN TITIK
DIDIH LARUTAN”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Rita
Nur Saidah (13030654044)
2. Laras
Desy Setiabudi (13030654054)
3. Yasinta
Kuswinarto (13030654058)
4. Raka
Prasetyo (13030654063)
5. Deviana Eka Ratna Safitri (13030654066)
PENDIDIKAN IPA B 2013
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN
ABSTRAK
Telah kami lakukan
percobaan pada tanggal 9 Maret 2014 tentang “Kenaikan Titik Didih Larutan” di
laboratorium Sains Unesa yang bertujuan mengidentifikasi pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap kenaikan titik didih suatu
larutan serta mengidentifikasi pengaruh zat terlarut elektrolit dan non
elektrolit terhadap kenaikan titik didih suatu larutan. Metode yang digunakan
adalah mengukur titik didih pelarut murni serta mengukur titik didih larutan
NaCl berkonsentrasi 0,340 m; 0,680 m; 1,025 m dan C6H12O6 yang konsentrasinya masing- masing 0,058 m; 0,116 m;
dan 0,174 m. Hasil yang
kami peroleh yaitu titik didih (Tb) pada larutan lebih tinggi daripada Tb pelarut murni, namun terdapat percobaan kami yang tidak
sesuai dengan teori dimana Tb pada larutan gula 0,058 m
dan 0,116 m memiliki Tb
< Tb air. Semakin besar konsentrasi zat terlarut maka semakin tinggi pula ΔTb suatu larutan dan jenis zat terlarut mempengaruhi ΔTb yang diperoleh. Larutan elektrolit (NaCl) memiliki ΔTb > larutan non elektrolit (C6H12O6). Adanya ketidaksesuaian dengan teori dipengaruhi
beberapa faktor antara lain ketidaktelitian pengamat, pengaruh suhu ruangan,
intensitas nyala api, dan alat yang masih mengandung kalor akibat percobaan
sebelumnya.
Kata kunci : titik
didih, larutan NaCl, larutan C6H12O6
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di alam bebas, saat ditemukan
suatu zat yang murni, kebanyakan zat tersebut telah tercampur dengan zat yang
lain, baik dalam bentuk homogen atau heterogen. Salah satunya yaitu dalam
bentuk larutan. Larutan merupakan campuran dua zat atau lebih yang menyatu
menjadi homogen. Ada banyak hal yang menyebabkan larutan mempunyai sifat
yang berbeda dengan pelarutnya. Salah
satu sifat terpenting dari larutan adalah sifat koligatif larutan. Sifat
koligatif larutan didefinisikan sebagai sifat fisik larutan yang hanya
ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung pada jenis
partikelnya. Adanya zat pelarut di dalam
pelarut menyebabkan perubahan sifat fisik pelarut dan larutan tersebut. Sifat
fisik yang mengalami perubahan misalnya,
penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titikdidih, dan
tekanan osmosis. Keempat sifat tersebut merupakan bagian dari sifat koligatif
larutan. Dari sini kita akan melakukan percobaan tentang kenaikan titik didih
yang merupakan bagian dari sifat koligatif larutan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap
kenaikan titik didih suatu larutan ?
2.
Bagaimana pengaruh zat terlarut elektrolit dan non
elektrolit terhadap kenaikan titik didih suatu larutan ?
C.
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, dibuat hipotesis sebagai berikut :
1.
Jika konsentrasi zat terlarut semakin besar maka kenaikan
titik didih semakin tinggi.
2.
Jika zat terlarut bersifat elektrolit maka maka kenaikan
titik didih lebih tinggi daripada zat
terlarut yang bersifat non elektrolit.
D.
Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini
adalah :
1.
Mengidentifikasi pengaruh kensentrasi zat terlarut
terhadap kenaikan titik didih suatu larutan.
2.
Mengidentifikasi pengaruh zat terlarut elektrolit dan non
elektrolit terhadap kenaikan titik didih suatu larutan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Sifat Koligatif Larutan
Hukum
Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer yang disebut sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari kara Latin colligare yang berarti berkumpul
bersama, karena sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif) semua
partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Sifat koligatif larutan ada
empat macam yaitu penurunan tekanan uap (ΔP), kenaikan titik didih (ΔTb),
penurunan titik beku (ΔTf) dan tekanan osmosis (π). Sifat kologatif dapat
digunakan untuk menentukan massa molekul relatif suatu zat. (Hiskia Achmad,
1996 : 35-36)
B.
Titik Didih Pelarut Murni
Suatu
zat cair akan mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair itu sama dengan tekanan
udara disekitarnya. Apabila air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm (760 mmHg)
maka air akan mendidih pada temperatur 100 oC, karena pada tekanan
uap jenuh zat cair yang sama dengan 1 atm disebut titik didih normal zat cair
itu. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah temperatur pada saat tekanan
uap jenuh larutan sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan
larutan).
C.
Kenaikan Titik Didih Larutan
Jika
pada suhu tertentu, suatu pelarut murni (air) ditambahkan zat terlarut misalnya
gula pasir, maka tekanan uap air akan turun. Jika semakin banyak zat terlarut
yang dilarutkan, maka makin banyak penurunan tekanan uapnya. Hal ini
mengakibatkan larutan gula belum mendidih pada suhu 100 °C. Agar larutan gula
cepat mendidih, diperlukan suhu yang cukup tinggi, sehingga tekanan uap
jenuhnya sama dengan tekanan uap di sekitarnya. Adanya penambahan zat terlarut
ini dapat menghalangi penguapan partikel pelarut. Sehingga, penguapan
partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang besar. Selisih antara titik
didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih (ΔTb).
ΔTb = Tb
larutan – Tb pelarut
ΔTb = Tb -
Tb°
Gambar 1. Grafik tekanan uap larutan
Berdasarkan
grafik di atas dapat diketahui bahwa pada setiap saat tekanan uap larutan (P)
selalu lebih kecil dari tekanan uap pelarut murni (P°). Sehingga grafik tekanan
uap larutan selalu ada di bawah pelarut dan titik didih larutan akan lebih
tinggi dari pelarut murninya.
Kenaikan
titik didih yang disebabkan oleh 1 mol zat yang dilarutkan dalam 1000 gram zat
pelarut mempunyai harga yang tetap disebut tetapan
kenaikan titik didih (Kb). Perhatikan grafik berikut ini :
Gambar
2. Grafik kenaikan titik didih
Menurut
hukum Roult, kenaikan titik didih (ΔTb = boiling point elevation) sebanding
dengan hasil kali kemolalan larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb).
Kenaikan titik didih dapat dirumuskan sebagai berikut :
ΔTb = m x
Kb
Berikut
ini adalah nilai harga Kb dari beberapa pelarut :
Pelarut
|
Titik Didih (°C)
|
Kb (Cmolal-1)
|
Air
|
100
|
0,52
|
Aseton
|
56,5
|
1,75
|
Etanol
|
78,4
|
1,20
|
Benzena
|
80,1
|
2,52
|
Etil Eter
|
34,6
|
2,11
|
Asam asetat
|
118,3
|
3,07
|
Kloroform
|
61,2
|
3,63
|
D.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Sifat
koligatif larutan ditentukan oleh jumlah partikel (ion, molekul) dalam larutan.
Oleh karena itu, untuk konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan
elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan non-elektrolit. Hal ini
dikarenakan jumlah partikel dalam larutan elektrolit akan lebih banyak karena
adanya proses ionisasi zat terlarut.
Zat
elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partikel-partikel di dalam larutan. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada
satu mol larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan nonelektrolit.
Misalnya, larutan nonelektrolit C6H12O6, jika
dimasukkan ke dalam air menghasilkan 1 mol partikel, sehingga larutan C6H12O6
1 M akan membeku pada suhu 1,86 °C di bawah titik beku air murni.
Sedangkan
1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1 mol Na+
dan 1 mol Cl–. Larutan NaCl 1 M sebenarnya mengandung 1 mol partikel
per 1.000 gram air, jadi secara teoretis akan menurunkan titik beku 2 × 1,86 °C
= 3,72 °C.
Banyaknya
ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat ionisasinya
(α). Larutan elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar daripada
larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit kuat
dan mendekati nol untuk larutan elektrolit lemah.
Secara
umum dapat disimpulkan bahwa: “untuk
konsentrasi yang sama, larutan elektrolit memiliki sifat koligatif larutan yang
lebih besar dibandingkan larutan non elektrolit”.
Untuk
menghitung nilai sifat-sifat koligatif larutan elektrolit, persamaan-persamaan
yang diberikan sebelumnya untuk larutan non-elektrolit dapat digunakan dengan
menambahkan faktor i, seperti diusulkan van’t Hoff (1880). Nilai faktor van’t
Hoff merupakan perbandingan antara efek koligatif larutan elektrolit dengan
larutan non-elektrolit pada konsentrasi yang sama. Derajat ionisasi dirumuskan
sebagai berikut :
i = 1+
(n-1) α
dimana, i = jumlah partikel yang diukur / jumlah
partikel yang diperkirakan
α = jumlah molekul zat yang terurai / jumlah
molekul mula-mula yang sama.
Untuk menentukan kenaikan titik didihnya dapat
dinyatakan sebagai berikut :
ΔTb = m x
Kb x i
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan dalam
percobaan ini antara lain:
1.
Gelas kimia 3
buah
2.
Timbangan digital 1
buah
3.
Pembakar spirtus 1
buah
4.
Kaki tiga 1
buah
5.
Kasa 1
buah
6.
Termometer 1
buah
7.
NaCl 6
gram
8.
C6H12O6 6
gram
9.
Aquades secukupnya
10.
Spiritus secukupnya
B.
Rancangan dan Gambar
C.
Variabel yang Digunakan
Adapun variabel yang kami gunakan dalam percobaan
antara lain:
1. Variabel Manipulasi : Jenis zat terlarut, konsentrasi
Definisi
Operasional :
Ø Jenis zat terlarut yang dimanipulasi dalam percobaan
ini adalah NaCl dan gula (C6H12O6).
Ø Konsentrasi ini merupakan konsentrasi pada zat
terlarut. Untuk zat terlarut NaCl, konsentrasi yang digunakan sebesar 0,340 m ;
0,680 m dan 1,025 m. Sedangkan konsentrasi zat terlarut C6H12O6
yang digunakan dalam percobaan sebesar 0,058 m ; 0,116 m dan 0,174 m.
3.
Variabel Kontrol : Jenis zat pelarut dan volume zat
pelarut
Definisi Operasional
: Jenis zat pelarut yang digunakan adalah air dengan volumenya sebesar 50 ml.
4.
Variabel Respon : Titik didih
Definisi Operasional :
Setelah melakukan percobaan ini maka diperoleh titik didih larutan yang diukur
dengan termometer.
D.
Langkah Percobaan
1.
Mengukur Titik
Didih
Pelarut Murni
a. Menyiapkan alat dan bahan yang telah disiapkan
b. Mengukur volume air menggunakan gelas kimia sebanyak
50 ml.
c. Memanaskan air yang telah disiapkan hingga mendidih
d. Mengukur suhu akhir / titik didih larutan yang
ditunjukkan skala pada termometer
2.
Mengukur Titik Didih Larutan NaCl
a. Menyiapkan alat dan bahan yang telah disiapkan
b. Mengukur volume air menggunakan gelas kimia sebanyak
50 ml.
c. Menimbang NaCl sebanyak 1 gram menggunakan timbangan
digital.
d. Memasukkan NaCl ke dalam gelas kimia yang telah
diisi air.
e. Memanaskan larutan NaCl yang telah disiapkan hingga
mendidih
f. Mengukur suhu akhir / titik didih larutan yang
ditunjukkan skala pada termometer.
g. Mencatat suhu akhir yang ditunjukkan termometer
h. Mengulangi langkah kerja a sampai g namun dengan
massa yang berbeda yaitu 2 gr dan 3 gr.
3.
Mengukur Titik Didih Larutan C6H12O6
a.
Menyiapkan alat
dan bahan yang telah disiapkan
b.
Mengukur volume
air menggunakan gelas kimia sebanyak 50 ml.
c.
Menimbang NaCl
sebanyak 1 gram menggunakan timbangan digital.
d.
Memasukkan NaCl
ke dalam gelas kimia yang telah diisi air.
e.
Memanaskan
larutan NaCl yang telah disiapkan hingga mendidih
f.
Mengukur suhu
akhir / titik didih larutan yang ditunjukkan skala pada termometer.
g.
Mencatat suhu
akhir yang ditunjukkan termometer
h.
Mengulangi
langkah kerja a sampai g namun dengan massa yang berbeda yaitu 2 gr dan 3 gr.
E.
Alur Percobaan
1.
Mengukur Titik
Didih Pelarut
Murni (Air)
2.
Mengukur Titik Didih Larutan NaCl
a.
Mengukur Titik Didih Larutan NaCl sebanyak 1 gram
b.
Mengukur Titik Didih Larutan NaCl sebanyak 2 gram
c.
Mengukur Titik Didih Larutan NaCl sebanyak 3 gram
3.
Mengukur Titik Didih Larutan C6H12O6
a.
Mengukur Titik Didih Larutan C6H12O6
sebanyak 1 gram
b.
Mengukur Titik Didih Larutan C6H12O6
sebanyak 2 gram
c.
Mengukur Titik Didih Larutan C6H12O6
sebanyak 3 gram
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Adapun
data yang kami peroleh dalam percobaan seperti pada tabel dibawah ini:
Waktu
( t ±1 ) s
|
Suhu air murni
( T ± 1) 0C
|
Suhu larutan NaCl ( T ± 1) 0C
|
Suhu larutan gula (T± 1 ) 0C
|
||||
1 gram
|
2 gram
|
3 gram
|
1 gram
|
2 gram
|
3 gram
|
||
0
|
29
|
28
|
32
|
28
|
28
|
29
|
29
|
1
|
40
|
35
|
34
|
30
|
30
|
32
|
30
|
2
|
52
|
45
|
44
|
36
|
31
|
42
|
38
|
3
|
62
|
56
|
49
|
43
|
42
|
52
|
48
|
4
|
73
|
67
|
55
|
49
|
54
|
61
|
58
|
5
|
78
|
75
|
61
|
57
|
63
|
58
|
68
|
6
|
64
|
88
|
75
|
69
|
72
|
76
|
72
|
7
|
87
|
89
|
78
|
76
|
76
|
80
|
76
|
8
|
87
|
90
|
87
|
86
|
80
|
81
|
80
|
9
|
89
|
90
|
89
|
89
|
83
|
83
|
83
|
10
|
89
|
90
|
91
|
91
|
83
|
83
|
87
|
11
|
89
|
90
|
91
|
92
|
83
|
84
|
88
|
12
|
89
|
90
|
91
|
92
|
83
|
84
|
89
|
13
|
89
|
90
|
91
|
92
|
83
|
84
|
90
|
14
|
89
|
90
|
91
|
92
|
83
|
84
|
90
|
B. Analisis
1. Dengan
menggunakan rumus ΔTb = Tblarutan- Tbpelarut murni dan
ΔTb = Kb. m diperoleh hasil ΔTb
larutan NaCl dibawah ini:
No.
|
Konsentrasi larutan (m)
|
Tb pelarut murni
(Tb0 1) 0C
|
Tb larutan
(Tb ) 0C
|
ΔTb = Tblarutan- Tbpelarut murni (oC)
|
ΔTb = Kb. m (oC)
|
1.
|
0,340
|
89
|
90
|
1
|
0,177
|
2.
|
0,680
|
89
|
91
|
2
|
0,354
|
3.
|
1,025
|
89
|
92
|
3
|
0,533
|
2. Dengan
menggunakan rumus ΔTb = Tlarutan- Tpelarut murni dan ΔTb
= Kb. m diperoleh hasil Tb larutan C6H12O6
dibawah ini:
No.
|
Konsentrasi larutan (m)
|
Tb pelarut murni
(Tb0 1)0C
|
Tb larutan
(Tb )0C
|
ΔTb = Tlarutan- Tpelarut murni (oC)
|
ΔTb = Kb. m (oC)
|
1.
|
0,058
|
89
|
83
|
-6
|
0,0297
|
2.
|
0,116
|
89
|
84
|
-5
|
0,0595
|
3.
|
0,174
|
89
|
90
|
1
|
0,0892
|
Berdasarkan
hasil data praktikum kenaikan titik didih dari dua zat terlarut gula dan NaCl
dengan menggunakan zat pelarut sama yaitu air. Dapat kita analisis bahwa pada
zat pelarut murni yaitu air dengan suhu awal 29oC diperoleh titik
didih sebesar 89oC. Selanjutnya pada zat terlarut NaCl 0,340 m
dengan suhu awal 28oC memiliki titik didih 90oC sehingga
diperoleh ΔTb sebesar 1oC melalui percobaan dan 0,177oC
melalui perhitungan teoritis. Setelah itu pada zat terlarut NaCl 0,680 m dengan
suhu awal 32oC memiliki titik didih 91oC sehingga diperoleh
ΔTb sebesar 2oC melalui percobaan dan 0,354oC melalui
perhitungan teoritis. Kemudian pada zat terlarut NaCl sebesar 1,025 m dengan
suhu awal 28oC memiliki titik
didih 92oC sehingga diperoleh ΔTb sebesar 3oC melalui
percobaan dan 0,533 oC melalui
perhitungan teoritis.
Pada
zat terlarut C6H12O6 0,058 m dengan suhu awal
28oC memiliki titik didih 83oC sehingga diperoleh ΔTb sebesar
-6oC melalui percobaan dan 0,0297oC melalui perhitungan
teoritis. Setelah itu pada zat terlarut NaCl 0,116 m dengan suhu awal 29oC
memiliki titik didih 84oC sehingga diperoleh ΔTb sebesar -5oC
melalui percobaan dan 0,0595oC melalui perhitungan teoritis. Lalu, pada
zat terlarut NaCl sebesar 0,174 m dengan suhu awal 29oC memiliki
titik didih 90oC sehingga diperoleh ΔTb sebesar 1oC
melalui percobaan dan 0,0892oC melalui perhitungan teoritis.
C. Pembahasan
·
Dari percobaan yang
telah kami lakukan jika dibandingkan dengan titik didih pada zat pelarut dengan
titik didih zat telarut gula seharusnya mengalami kenaikan pada suhu akan
tetapi kami mendapatkan penurunan suhu. Pada percobaan pertama
dan kedua dengan zat terlarut C6H12O6 yang
seharusnya titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni.
Ketidaksesuaian data dan teori ini
dikarenakan ketidaktelitian pada pengamat saat melakukan percobaan dalam
membaca skala, pemegangan thermometer yang tidak konstan, serta suhu ruangan
juga sangat dipengaruhi lingkungan seperti AC. Selain itu adanya kemungkinan
gelas kimia yang masih mengandung panas dari sisa pemanasan percobaan yang
dilakukan sebelumnya.
·
Pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap kenaikan titik didih
suatu larutan.
Pada larutan
NaCl dengan konsentrasi masing- masing sebesar 0,340 m ; 0,680 m dan 1,025 m
diperoleh ΔTb dalam percobaan masing-
masing sebesar 1oC, 2oC dan 3oC. Hal ini
sesuai dengan teori dimana konsentrasi mempengaruhi kenaikan titik didih
larutan. Teori yang menyatakan bahwa adanya zat terlarut akan menghalangi
penguapan partikel pelarut sehingga penguapan partikel- partikel pelarut
membutuhkan energi besar. Konsentrasi yang berbeda akan sebanding dengan
besarnya energi yang digunakan untuk mendidihkan larutan tersebut, sehingga
semakin besar konsentrasi akan semakin besar pula energi yang digunakan dalam
hal ini dibuktikan dengan semakin tinggi suhu akhir. Dengan semakin tinggi suhu
akhir larutan maka diperoleh kenaikan titik didh yang semakin besar pula.
Berdasarkan
perhitungan ΔTb larutan NaCl melalui percobaan dengan perhitungan teoritis
diperoleh hasil yang cukup berbeda dimana ΔTb pada percobaan masing-masing
sebesar 1oC, 2oC, 3oC sedangkan ΔTb secara
teoritis masing-masing sebesar 0,177oC ; 0,354oC ; 0,354oC.
Perbedaan ini disebabkan adanya cara memegang termometer pada tiap percobaan
yang stabil dan intensitas nyala api pada pembakar spirtus yang tidak sama
(misal karena adanya pengaruh angin).
Sedangkan pada
larutan C6H12O6 dengan konsentrasi masing-
masing sebesar 0,058 m ; 0,116 m dan 1,174 m diperoleh ΔTb dalam percobaan masing-masing sebesar -6oC,
-5 oC, 1oC. Hal ini sesuai dengan teori dimana konsentrasi
mempengaruhi kenaikan titik didih larutan. Teori yang menyatakan bahwa adanya
zat terlarut akan menghalangi penguapan partikel pelarut sehingga penguapan
partikel-partikel pelarut membutuhkan energi besar. Konsentrasi yang berbeda
akan sebanding dengan besarnya energi yang digunakan untuk mendidihkan larutan
tersebut, sehingga semakin besar konsentrasi akan semakin besar pula energi
yang digunakan dalam hal ini dibuktikan dengan semakin tinggi suhu akhir.
Dengan semakin tinggi suhu akhir larutan maka diperoleh kenaikan titik didih
yang semakin besar pula.
Berdasarkan perhitungan
ΔTb larutan C6H12O6 melalui percobaan dengan perhitungan
teoritis diperoleh hasil yang cukup berbeda dimana ΔTb pada percobaan masing-masing sebesar -6oC, -5oC, 1oC
sedangkan ΔTb secara teoritis masing-masing sebesar 0,0297oC ;
0,0595oC ; 0,0892 oC. Perbedaan ini disebabkan adanya
cara memegang termometer pada tiap percobaan yang stabil dan intensitas nyala
api pada pembakar spirtus yang tidak sama (misal karena adanya pengaruh angin).
·
Pengaruh zat
terlarut elektrolit dan non elektrolit terhadap kenaikan titik didih suatu
larutan.
Titik
didih suatu larutan bergantung pada tekanan luar, dimana suhu pada saat tekanan
uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar, sehingga gelembung uap yang
terbentuk dalam cairan dapat mendorong ke permukaan menuju fase gas
(penguapan). Hal yang sangat khusus dari suatu penguapan adalah mendidih yaitu
pelepasan cairan dari tempat terbuka ke fase uap. Kenaikan titik didih (∆Tb)
tidak mengacu pada jenis zat terlarutnya melainkan ke fraksi molnya atau
komponen zat terlarutnya.
Pada larutan
NaCl dan C6H12O6 dimana larutan ini termasuk
dalam larutan elektrolit dan non elektrolit dengan massa yang sama yaitu
sebesar 1 gr diperoleh ∆Tb
melalui percobaan pada larutan NaCl dan C6H12O6
masing-masing sebesar 1oC dan -6oC, sedangkan melalui
perhitungan teoritis diperoleh hasil masing- masing 0,177oC dan 0,0297oC. Ini
menunjukkan kenaikan titik didih (∆Tb)
pada larutan NaCl lebih tinggi dari larutan C6H12O6.
Kemudian pada larutan NaCl dan C6H12O6 dengan massa yakni 2 gr maupun 3 gr diperoleh ∆Tb larutan NaCl lebih tinggi juga daripada
larutan C6H12O6 . Dari hasil tersebut dapat
kita ketahui bahwa pada larutan elektrolit mengalami kenaikan titik didih lebih
besar daripada larutan non elektrolit. Hasil ini sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa jenis larutan mempengaruhi kenaikan titik
didih. Hal ini dikarenakan zat elektrolit
jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partikel-partikel di dalam larutan. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada
satu mol larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan nonelektrolit.
Sehingga untuk proses penguapan partikel-partikel zat pelarutnya akan
membutuhkan energi yang lebih besar dan ini dibuktikan dengan titik didih yang
semakin tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat kami
simpulkan bahwa:
a.
Konsentrasi
suatu larutan mempengaruhi kenaikan titik didih dimana semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula kenaikan titik didih suatu larutan.
b.
Jenis zat
terlarut mempengaruhi kenaikan titik didih suau larutan dimana larutan
elektrolit memiliki kenaikan titik didih lebih tinggi daripada larutan non
elektrolit. Dalam hal ini larutan NaCl sebagai larutan elektrolit dan larutan C6H12O6
sebagai larutan non elektrolit.
B. Saran
Adapun
saran yang dapat kami berikan pada percobaan selanjutnya antara lain menyiapkan
statif sebagi tempat termometer agar diperoleh hasil yang lebih relevan karena
tidak terkena goncangan ataupun kontak dengan kulit praktikan. Intensitas nyala
api yang konstan pada pembakar spirtus sebaiknya juga dikontrol karena
berhubungan dengan lamanya proses pendidihan. Ruangan yang seharusnya digunakan
sebaiknya sesuai dengan suhu kamar bukan ruangan yang ber-AC.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung
: PT. Citra Adutya Bakti.
Hidayanti. 2013. Kenaikan Titik Didih Larutan Non Elektrolit (online),
(http://mafia.mafiaol.com/2013/07/kenaikan-titik-didih-larutan.html, diakses
tanggal 12 Maret 2015).
Suherlly, Ardi. 2013. Kenaikan Titik Didih (online),
(http://mafia.mafiaol.com/2013/07/kenaikan-titik-didih-larutan.html, diakses
tanggal 12 Maret 2015).
Syukran, Muhammad Adib.
2012. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
dan Larutan Nonelektrolit (online), (http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/web2012/1009081/,
diakses tanggal 12 Maret 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar