LAPORAN
PRAKTIKUM
MATA
KULIAH FLUIDA
“UJI
KERENYAHAN”
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
4
1. Rita
Nur Saidah (13030654044)
2. Laras
Desy Setiabudi (13030654054)
3. Yasinta
Kuswinarto (13030654058)
4. Raka
Prasetyo (13030654063)
5. Deviana Eka Ratna Safitri (13030654066)
PENDIDIKAN
IPA B 2013
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
2015
UJI KERENYAHAN
Abstrak
Kami telah
melakukan percobaan pada tanggal 6 April 2015 di Laboratorium Sains-Unesa
mengenai “Uji kerenyahan”, dengan tujuan mengidentifikasi pengaruh jenis kerupuk terhadap kerenyahan
kerupuk. Alat dan bahan yang kami
gunakan yaitu neraca digital, balok penyangga, balok penekan, dan
berbagai jenis kerupuk atau keripik kemudian kami rangkai seperti pada
rancangan percobaan. Metode yang kami gunakan yaitu dengan mengamati perubahan
massa yang terjadi pada berbagai macam jenis kerupuk sebelum dan sesudah diberikan
gaya tekan dengan massa awal kerupuk yang sama. Hasil yang kami peroleh pada
percobaan ini yaitu Δm pada kerupuk kentang, kerupuk tempe
dan kerupuk singkong berturut- turut 34,3
gram; 28,9 gram ; dan 8,0 gram. Dari data hasil percobaan dapat diketahui
bahwa Δm sebanding dengan F yang diberikan
sehingga dari hasil tersebut diketahui adanya pengaruh jenis kerupuk terhadap
kerenyahan kerupuk. Pengaruh tersebut adalah semakin renyah kerupuk tersebut,
maka gaya dan tekanan yang diberikan untuk menghancurkan bahan tersebut semakin
kecil begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan tingkat kerenyahan krupuk juga
dapat di pengaruhi oleh karena beberapa faktor diantaranya yaitu pada sifat
kerupuk itu sendiri, lalu pada bahan baku kerupuk tersebut.
Kata Kunci: kerupuk,
kerenyahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari – hari kita sering jumpai camilan bentuknya berupa kerupuk. Kerupuk
merupakan salah satu produk pangan yang berasal dari Indonesia, terbuat dari
tepung tapioka (pati), dicampur dengan bahan tambahan pangan dan dilakukan
penggorengan dengan minyak sebelum disajikan. Sajian kerupuk yang diinginkan
adalah yang renyah, artinya mudah patah saat digigit. Pati berperan dalam
proses gelatinisasi dan berpengaruh terhadap volume pengembangan yang merupakan
salah satu mutu kerupuk yaitu semakin besar volume pengembangan maka mutu
kerupuk tersebut makin baik. Kerupuk mempunyai elastisitas yang mempunyai batas
elastisitas itu sendiri. Artinya, kerupuk bisa patah ketika kerupuk tersebut
diberi gaya tertentu sampai mencapai titik patah.
Oleh karena itu, melalui kegiatan uji
kerenyahan laboratorium secara fisika ini kelompok kami ingin
mengetahui kerenyahan kerupuk pisang jika memiliki ketebalan kerupuk pisang
yang berbeda – beda.
B. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh
jenis kerupuk terhadap kerenyahan kerupuk?
C. Tujuan
Adapun tujuan pada
percobaan kami adalah:
1. Mengidentifikasi
pengaruh jenis kerupuk terhadap kerenyahan kerupuk.
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan
diatas hipotesis pada percobaan kami adalah : jenis kerupuk mempengaruhi
kerenyahan kerupuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Elastisitas
Elastisitas
adalah kemampuan suatu bahan untuk dapat mengembalikan keadaan awalnya, segera
setelah gaya yang diberikan pada benda dihilangkan. Benda elastis adalah benda
yang dapat kembali ke bentuk awal, setelah gaya yang diberikan pada benda
dihilangkan.
Contoh
benda elastis: karet, pegas, baja, kayu. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan
bentuk adalah pertambahan panjang. Gaya yang diberikan juga memiliki
batas-batas tertentu yang disebut batas prposional atau daerah elastik yang
kurvanya merupakan garis lurus, grafik dapat dilihat di samping. Setelah titik
ini, grafik menyimpang dari garis lurus, dan tidak ada satu hubungan sederhana
antara F dan ΔL. Meskipun demikian, sampai suatu titik yang lebih jauh
sepanjang kurva yang disebut batas elastik, benda akan kembali ke panjangnya
semula jika gaya dilepaskan. Daerah dari titik awal ke batas elastik disebut
daerah elastic. Jika benda direnggangkan melewati batas elastic, ia memasuki
dareah plastik benda tidak akan kembali ke panjang awalnya ketika gaya
eksternal dilepaskan, tetapi tetap berubah bentuk secara permanen (seperti
melengkungnya klip kertas). Perpanjangan maksimum dicapai pada titik patah.
Gaya maksimum yang dapat diberikan tanpa benda tersebut patah disebut kekuatan
ultimat dari materi tersbut. Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang
diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah
pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang
sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas.
Besarnya
pertambahan panjang sebuah benda tidak hanya bergantung pada gaya yang
diberikan padanya, tetapi juga pada bentuk materi pembentuk dan dimensinya.
Yaitu, konstanta k dapat dinyatakan
dalam faktor-faktor tersebut. Jika kita membandingkan batang yang dibuat dari
materi yang sama tetapi dengan panjang dan penampang lintang yang berbeda,
ternyata untuk gaya yang sama, besarnya regangan sebanding dengan panjang awal
dan berbanding terbalik dengan luas penampang lintang. Yaitu makin panjang
benda, makin besar pertambahan panjangnya untuk suatu gaya tertentu dan makin
tebal benda tersebut, makin kecil pertambahan panjangnya.
Regangan
(strain) adalah perbandingan antara pertambahan panjang L terhadap panjang
mula-mula (Lo). Regangan dinotasikan dengan ‘e’ dan tidak mempunyai satuan.
Dirumuskan sebagai berikut : e = ΔL/Lo.
B. Kerupuk
Kerupuk
merupakan salah satu produk pangan yang berasal dari Indonesia, terbuat dari
tepung tapioka atau pati sagu (Yu, 1991), dicampur dengan bahan tambahan pangan
dan dilakukan penggorengan dengan minyak sebelum disajikan. Bahan dasar
tersebut pada umunya memiliki kualitas gizi yang kurang baik terutama pada
kandungan protein, sehingga diperlukan penambahan bahan lain yang tinggi
protein untuk meningkatkan nilai gizinya (Kusharto, 1982). Penambahan bahan
tersebut juga dapat meningkatkan citarasa produk kerupuk (Rahardjo dan Haryadi,
1997). Beberapa bahan yang biasa ditambahkan dalam pembuatan kerupuk antara
lain lumatan ikan laut, ikan nila, udang, telur, dan lainnya (Budiman, 1985;
Yu, 1991; Julianty et al., 1994; Yu et al., 1994; Rahardjo dan
Haryadi, 1997).
Penambahan
bahan non pati yang suka mengikat air dapat menyulitkan proses pemasakkan pati
(Chinachoti et al., 1991) karena denaturasi protein akan menurunkan
kemampuan mengikat air (Kropf dan Bowers, 1992). Makin banyak bahan non protein
yang ditambahkan, maka akan semakin cepat pemasakkan pati (Rahardjo dan
Haryadi, 1997). Tingkat kematangan adonan pati mempengaruhi pengembangan pada
hasil akhir dan akibatnya akan mempengaruhi kerenyahan (Haryadi, 1994). Semakin
banyak penambahan bahan non pati, maka akan semakin nikmat secara organoleptik.
Namun di sisi lain, penambahan bahan non pati akan menurunkan pengembangan
kerupuk pada saat pematangan yang mempengaruhi pada tingkat kerenyahannya
(Haryadi et al., 1989). Padahal, kerenyahan merupakan penentu utama
tingkat penerimaan kerupuk (Yu et al., 1981). Pembuatan kerupuk melalui
beberapa tahapan, yaitu pembuatan adonan, pengukusan gelondong adonan,
pendinginan, pengeringan, dan proses pematangan (Rahardjo dan Haryadi, 1997;
Topan, 2008; Miyatani, 2008). Proses pematangan yang biasa dilakukan dalam
pembuatan kerupuk adalah dengan proses penggorengan menggunakan teknik deep
frying (Topan, 2008; Miyatani, 2008).
Namun saat
ini, penggunaan minyak goreng sebagai media pematangan bahan pangan mulai
dikaji kembali karena menyimpan resiko yang cukup besar pada kesehatan.
Konsumsi lemak yang tidak berimbang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit
berbagai degeneratif (Winarno, 1992; Elisabeth, 1997; Tambunan et al.,
1997). Oleh karena itu, pematangan kerupuk dapat dilakukan menggunakan teknik microwave
yang relatif lebih sehat karena tidak menggunakan lemak dalam proses
pematangannya.
1.
Sifat
kerupuk
Kerupuk
tapioka mempunyai kandungan protein yang rendah. Hal ini dikarenakan kadar
protein bahan baku yang digunakan (tepung tapioka) rendah. Penambahan ikan,
tepung udang, dan sumber protein lainnya pada adonan kerupuk diharapkan akan meningkatkan
kandungan protein kerupuk yang dihasilkan. Pembuatan adonan merupakan tahap
penting dalam pembuatan kerupuk mentah. Adonan dibuat dengan mencampurkan
bahanbahan utama dan bahan-bahan tambahan yang diaduk hingga diperoleh adonan
liat dan homogen (Wijandi et al., 1975). Kerupuk memiliki tekstur
berongga dan renyah. Hal ini merupakan salah satu mutu dari kerupuk. Sifat
renyah pada produk kerupuk dan crackers berpengaruh terhadap kualitas
produk pangan dan berperan dalam metode penyimpanan suatu produk pangan
(Wairakartakususmah et al., 1989). Sifat kerupuk mudah melempem, hal ini
berkaitan dengan kelembapan udara lingkungan dan tingkat penyerapan air pada
produk kerupuk. Kelembapan udara di Indonesia yang relatif tinggi (80%-90%)
memacu teknologi pembentukan bahan pengemas yang tahan kondisi lingkungan
sesuai dengan produk bahan yang dikemas (Setyawan, 1999). Bahan pengemas tahan
uap air dan udara yang sering digunakan untuk produk kerupuk adalah plastik,
kaleng, dan gelas (Syarief dan Halid, 1993).
2. Bahan baku kerupuk
a.
Tepung tapioka
Tepung
tapioka merupakan hasil ekstraksi pati ubi kayu (manihot utilisima) yang
telah mengalami proses pencucian dan dilanjutkan dengan pengeringan dan
penggilingan. Tepung tapioka memiliki granula yang unik yang merupakan sifat
khas yang membedakan tepung tapioka dengan tepung-tepung yang lain (Winarno,
1992). Tepung tapioka akan berwarna jernih apabila membentuk pasta,
mempertinggi mutu penampilan dari produk akhir, dan memiliki suhu gelatinisasi
yang rendah. Titik gelatinisasi tepung tapioka terjadi pada suhu 60.3-69.5 0C
dengan waktu 2 menit 10 detik hingga 5 menit 46 detik (Maarif, 1984).
b. Gula
Gula
adalah suatu istilah umum yang sering digunakan pada setiap karbohidrat yang
digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan biasanya dinyatakan
sebagai sukrosa, gula yang diperoleh dari bit atau tebu (Buckle et al.,
1987). Penggunaan gula pada produk pangan berprotein dapat menyebabkan reaksi browning
atau pencoklatan karena adanya reaksi antara gugus asam amino bebas seperti
amin, asam amino, peptida, dan protein dengan komponen karbonil yaitu partikel
gula preduksi pada gula (Fayle dan Gerard, 2002: Murthy, 2003). Penggunaan gula
pada bahan pangan bermanfaat terhadap peningkatan kualitas sensori terutama
flavor (Reineccius, 1994). Penggunaan gula juga berpengaruh terhadap penurunan
aktivitas air bahan pangan (Buckle et al., 1987). Penambahan gula
berpengaruh terhadap kekentalan gel. Gula dapat menurunkan kekentalan gel
karena gula dapat mengikat air, sehingga pembengkakan butir-butir pati terjadi
lebih lambat sehingga menyebabkan suhu gelatinisasi menjadi lebih tinggi.
Keuntungan penggunaan gula adalah gel yang terbentuk lebih tahan terhadap
kerusakan mekanik (Winarno, 1992).
c. Garam
Garam (NaCl) sebagai bahan tambahan pangan berperan dalam
menambah cita rasa produk akhir. Garam memperngaruhi Aw dari bahan karena menyerap
air sehingga sehingga Aw akan turun (Buckle et al., 1987). Penggunaan
gula akan mereduksi penggunaan garam untuk setiap penambahan gula (Reineccius,
1994).
d.
Air
Air
(H2O) adalah komponen penting dalam produk pangan karena dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, tingkat kerenyahan produk akhir serta cita
rasa makanan. Reaksi pembentukan gel memerlukan air sebagai penentu tingkat
keberhasilan produk yang diinginkan (Winarno, 1992). Jumlah air yang
ditambahkan dalam adonan kerupuk dapat mempengaruhi tingkat adonan kerupuk,
penyerapan minyak, dan kerenyahan produk akhir (Wiriano, 1984). Air dan
penggunaan suhu tinggi dapat berpengaruh pada kecepatan reaksi dan kecepatan
pelarutan bahan (Graham, 2000).
e. Bawang putih
Bawang
putih (Allium sativum L.) mempunyai bau yang kuat, rasa yang tajam, dan
bereaksi secara enzimatis membentuk allicin (C3H5-SS-C3-H5),
yang memecah alil disulfida. Alil disulfida merupakan karakteristik bau khas
bawang putih. Kandungan lain pada bawang putih yang menentukan aroma adalah 20%
dialil trisulfida, 6% alil propil disulfida, sejumlah kecil dietil sulfida,
dialil polisulfida, alinin dan alisin (Farrel, 1990).
f. Bahan pengembang (baking powder)
Secara
umum komposisi baking powder terdiri atas asam (acidic agents)
dan natrium bikarbonat (NaHCO3). Mekanisme kerja dari baking
powder adalah apabila kontak dengan air dan panas akan bereaksi membentuk
CO2 yang dapat mengontrol pengembangan volume adonan (Graham, 2000).
Volume gas bersama udara dan uap air yang terperangkap dalam adonan akan
mengembang sehingga diperoleh suatu struktur berpori (Winarno, 1992).
3. Pengolahan kerupuk
a. Pembuatan adonan
Tahap
pembuatan adonan merupakan tahap awal yang sangat penting. Fakor yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan adonan adalah kehomogenan bahan. Pengadonan
berpengaruh terhadap daya kembang produk (Lavlinesia, 1995).
b. Pengukusan
Proses
pengukusan dilakukan setelah adonan mentah dicetak. Pengukusan berguna untuk
menggelatinisasikan adonan sehingga dapat membentuk tekstur yang kompak.
Pengukusan yang terlalu lama dapat menyebabkan air yang terperangkap oleh gel
pati terlalu banyak sehingga proses pengeringan dan penggorengan menjadi tidak
sempurna. Adonan yang setengah matang menyebabkan pati tidak tergelatinisasi
dengan sempurna dan akan menghambat pengembangan kerupuk (Elyawati, 1997).
Menurut Djumali et al. (1982), adonan yang telah masak ditandai dengan
seluruh bagian berwarna bening serta teksturnya kenyal. Lama pengukusan
tergantung dari bentuk adonan yang dicetak. Elyawati (1997) menjelaskan
pengukusan adonan yang baik dalam bentuk silinder berukuran diameter ±5 cm
adalah 25 menit pada suhu 100-110ºC.
c. Pendinginan dan pengirisan
Pendinginan
adonan dilakukan setelah proses pengukusan. Pendinginan adonan akan
menghasilkan tekstur kerupuk yang padat sehingga pengirisan mudah dilakukan.
Proses pendinginan dapat dipercepat dengan menggunakan refrigerator (Wiriano,
1984). Pengirisan adonan dapat dilakukan menggunakan pisau atau slicer dengan
ketebalan 2-3 mm. Pengirisan dengan ukuran seragam berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas kerupuk setelah penggorengan (Wiriano, 1984).
d. Pengeringan
Pengeringan
adalah suatu cara mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan
menguapkan sebagian besar uap air melalui penggunaan energi panas sehingga
terjadi penurunan kadar air (Wiratakusumah et al., 1989). Pengurangan
kadar air menyebabkan kandungan senyawa bahan pangan seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan mineral menjadi lebih tinggi, namun vitamin dan zat
warna pada umumnya kan rusak dan menurun (Winarno, 1993). Prinsip pengeringan
dengan oven listrik adalah dengan sistem pindah panas secara konveksi yaitu
adanya perpindahan massa zat berupa udara panas yang ditiupkan melalu pemanas (heater)
sebagai sumber panas (Fellow, 1990). Keuntungan dari sistem pengeringan adalah
bahan menjadi lebih awet, volume bahan menjadi lebih ringkas sehingga
memudahkan distribusi produk, menghemat ruang pngangkutan dan pengemasan, serta
bahan menjadi lebih ringan sehingga biaya pengangkutan menjadi lebih murah.
Kerugiannya adalah sifat bahan asal menjadi berubah seperti bentuk, sifat fisik
dan kimis, serta penurunan mutu (Wiratakusumah et al., 1989).
e. Penggorengan
Penggorengan
adalah proses penyiapan produk pangan secara cepat menggunakan lemak atau
minyak pangan (Shahidi et al., 1997). Makanan yang digoreng tidak saja
menjadi matang tetapi cukup tinggi suhunya sehingga menjadi coklat dan
menghasilkan komponen flavor volatil sebagai hasil reaksinya (Fayle dan Gerard,
2002).
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
A.
Alat
dan Bahan
1. Kerupuk kentang secukupnya
2. Kerupuk tempe secukupnya
3. Kerupuk singkong secukupnya
4. Neraca digital 1
buah
5. Balok kayu 3
buah
B.
Rancangan
Percobaan
C.
Variabel
dalam Percobaan
1.
Variabel manipulasi : jenis kerupuk
Definisi
operasional :
Jenis
kerupuk yang digunakan dalam percobaan berbeda-beda yaitu kerupuk kentang,
kerupuk temped an kerupuk singkong.
2.
Variabel kontrol : massa kerupuk, luas penampang alat tekan
Definisi
operasional :
Massa
kerupuk untuk setiap jenis kerupuk dibuat sama yakni 3 gr. Namun kami juga
mengusahakan ketebalan dan luas dari kerupuk dibuat sama. Luas penampang alat
tekan merupakan balok penyangga yang digunakan untuk mematahkan kerupuk. Jenis
dan posisi balok untuk mematahkan kerupuk dibuat sama pada tiap percobaan.
3.
Variablel respon : kerenyahan kerupuk
Definisi
operasional :
Setelah
kami melakukan percobaan ini, maka kami akan memperoleh hasil berupa kerenyahan
pada masing-masing jenis kerupuk yang dapat ditentukan melalui perubahan massa
(Δm) yang diperoleh dari massa kerupuk + balok ketika patah (mt)
dikurangi massa balok + kerupuk mula-mula (m0).
D.
Langkah
Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan percobaan.
2. Mengkalibrasi
neraca digital sebelum digunakan untuk menimbang.
3. Menimbang
balok penyangga.
4. Menimbang
masing-masing jenis kerupuk dengan mengusahakan ketebalan dan luas penampangnya
sama.
5. Meletakkan
dua balok penyangga diatas neraca digital dengan jarak 2 cm.
6. Meletakkan
kerupuk diatas balok penyangga kemudian mencatat massanya (m0).
7. Menekan
kerupuk dengan balok hingga patah.
8. Mengamati
dan mencatat massa ketika kerupuk patah (mt).
9. Menghitung
perubahan massa kerupuk (Δm).
10. Mengulangi
percobaan dengan jenis kerupuk yang berbeda.
E.
Alur
Kerja
BAB
IV
DATA
ANALISIS
A.
Data
Adapun data
hasil yang kami peroleh pada percobaan kami adalah:
No.
|
Jenis Kerupuk
|
Massa kerupuk (m
)
gr
|
(m0
) gr
|
(mt
) gr
|
(delta m) gr
|
(F= delta m.g) N
|
1.
|
Kerupuk Kentang
|
3,0
|
360,9
|
395,2
|
34,3
|
336,1.
10-3
|
2.
|
Kerupuk Tempe
|
3,0
|
360,9
|
389,8
|
28,9
|
196,5.
10-3
|
3.
|
Kerupuk Singkong
|
3,0
|
360,9
|
368,9
|
8,0
|
78,4.
10-3
|
Keterangan :
m0 = massa kerupuk + balok awal
mt = massa kerupuk + balok (ketika patah)
Δm = selisih massa (mt – m0)
B.
Analisis
Dari tabel hasil
praktikum uji kerenyahan, kerupuk kentang, kerupuk tempe, kerupuk singkong
memiliki massa yang sama. Kerupuk kentang, kerupuk tempe, kerupuk singkong
ditimbang menggunakan neraca digital sampai ketiga kerupuk tersebut memiliki
massa yang sama yaitu 3,0 gram. Setelah massa masing-masing kerupuk ditimbang,
kemudian kerupuk dan balok ditimbang pula sebagai penyangga sehingga didapat
massa kerupuk dan balok untuk setiap jenis kerupuk adalah sama yaitu 360,9 gram
karena massa kerupuk dan balok yang digunakan akan sama. Kemudisn setelah
ditekan dengan F berturut-turut adalah 336,1.10-3 N; 196,5.10-3
N dan 78,4.10-3 N sehingga diperoleh mt masing-
masing 395,2 gram ; 389,8 gram ; dan 368,9 gram. Dan kemudian dari
massa kerupuk tersebut setelah ditekan dan massa kerupuk dan balok dapat diperoleh
perubahan massa akhir kerupuk (Δm)
yaitu 34,3 gram; 28,9 gram ; dan 8,0
gram.
C.
Pembahasan
Berdasarkan
tabel di atas, gaya yang diperlukan untuk menekan kerupuk kentang, kerupuk
tempe,dan kerupuk singkong berturut-turut adalah 336,1.10-3 N;
196,5.10-3 N dan 78,4.10-3 N. Gaya yang
diberikan untuk menekan kerupuk singkong hingga bunyi krek pertama terdengar
lebih kecil dibandingkan gaya yang harus diberikan untuk menekan kerupuk
kentang, kerupuk tempe. Namun, dibutuhkan gaya yang lebih besar untuk menekan
kerupuk kentang, kerupuk tempe sampai bunyi krek pertama terdengar. Karena jika
kita teliti lagi kerupuk kentang,
kerupuk tempe mengalami pemekaran yang besar jika dibandingkan ketika sebelum
dan sesudah digoreng, selain itu kerupuk kentang juga lebih mudah melempem jika
dibiarkan dalam ruang terbuka. Hal ini menyebabkan kerupuk kentang memiliki
tingkat kerenyahan yang rendah dibandingkan kerupuk singkong, sedangkan kerupuk
tempe tidak mudah menyerap uap air. Sehingga tingkat kerenyahan kerupuk jika
dihubungkan dengan gaya yang diberikan untuk menekan kerupuk hingga bunyi krek
terdengar yaitu semakin besar gaya yang diberikan untuk menekan kerupuk maka
tingkat kerenyahan kerupuk semakin rendah sedangkan semakin kecil gaya yang
diberikan untuk menekan kerupuk maka tingkat kerenyahan kerupuk semakin tinggi.
Berdasarkan hal
tersebut dapat kita ketahui bahwa kerupuk yang memiliki tingkat kerenyahan
tertinggi dari ketiga jenis kerupuk tersebut adalah kerupuk singkong sedangkan
kerupuk yang memiliki tingkat kerenyahan terendah dari ketiga jenis kerupuk
tersebut adalah kerupuk kentang, kerupuk tempe. Tingkat kerenyahan kerupuk jika
diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu kerupuk singkong, kerupuk
kerupuk kentang, kerupuk tempe. Tingkat kerenyahan krupuk juga dapat di
pengaruhi oleh karena beberapa faktor diantaranya yaitu pada sifat kerupuk itu
sendiri, lalu pada bahan baku kerupuk tersebut, serta pada saat pengolahan
kerupuk disaat proses penggorengan, penguapan atau pengukusan, kemudian
pengeringan atau penjemuran, dll. Kerenyahan kerupuk sangat berpengaruh pada
tingkat kemekaran kerupuknya. Dari referensi yang ada jika semakin banyak
kandungan air pada kerupuk, maka kemungkinan tingkat kemekaran kerupuk akan
rendah. Kerenyahan juga dipengaruhi oleh komponen mikro struktur bahan pada
kerupuk tersebut, sehingga jika semakin halus mikro strukturnya maka
kemungkinan produk yang dihasilkan lebih
digigit atau renyah.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat kerenyahan kerupuk dapat di pengaruhi oleh karena
beberapa faktor diantaranya yaitu pada sifat kerupuk itu sendiri, lalu pada
bahan baku kerupuk, serta pada saat pengolahan kerupuk disaat proses
penggorengan, penguapan atau pengukusan, kemudian pengeringan atau penjemuran,
dll. Kerenyahan kerupuk sangat berpengaruh pada tingkat kemekaran kerupuknya.
Dari referensi yang ada jika semakin banyak kandungan air pada kerupuk, maka
kemungkinan tingkat kemekaran kerupuk akan rendah. Kerenyahan juga dipengaruhi
oleh komponen mikro struktur bahan pada kerupuk tersebut, sehingga jika semakin
halus mikro strukturnya maka kemungkinan
produk yang dihasilkan lebih digigit atau renyah.
B. Saran
Berdasarkan
hasil yang diperoleh pada percobaan kami, agar diperoleh hasil yang lebih teliti
dan akurat sebaiknya praktikan disediakan alat ukur kerenyahan pada makanan
yang lebih praktis dan teliti. Karena dalam hal ini praktikan kesulitan membaca
massa akhir setelah diberi gaya sehingga kemungkinan kurang akuratnya hasil
yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Komposisi Kerupuk. [Online] http://www.dunia-kesehatan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=67:komposisi-zat-gizi-dan-bahan-baku-lainnya-dan-berbagai-macam-krupuk&catid=50:gizi. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015
Giancoli.
1995. Physics Principles with Application.
New Jersey: Prentice Hall.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Wikipedia.
Tanpa Tahun. Kerupuk. [Online] http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar